cutabrari

Vihara Dharma Bhakti sebagai Lambang Etnis China

Tampak Depan Vihara Dharma Bhakti
Berada pada wilayah Peunayong di Kota Banda Aceh, yang pada dasarnya wilayah tersebut dikediami oleh masyarakat etnis China, bangunan tersebut bernama Vihara Dharma Bhakti yang mana masyarakat terkadang menyebutnya sebagai Klenteng atau Tepekong. Bangunan berwarna merah ini berada di Jl. T. Panglima Polem yang merupakan kawasan perdagangan bagi Kota Banda Aceh.

Menilik Sejarah
Kota Banda Aceh tidak terlepas dari keberadaan masyarakat etnis China. Sebut saja Peunayong,  sebagai salah satu wilayah di Kota Banda Aceh yang hampir seluruh bagiannya dikediami oleh masyarakat beretnis China. Dalam buku Etnis Cina Perantauan di Aceh (2009) karya A. Rani Usman, China memasuki nusantara sejak awal abad sembilan masehi, atau sebelum Islam masuk. Etnis China yang masuk saat itu membawa perubahan peradaban, terutama pada sektor teknologi pertanian dan perdagangan.
Masyarakat etnis China selain berdagang tentunya membutuhkan tempat ibadah untuk mendekatkan diri kepada Tuhan mereka. Maka di wilayah Peunayong, kaum etnis China  mempunyai tempat ibadah yang bernama Vihara Dharma Bhakti yang digunakan sebagai tempat peribadatan umat Buddha. Dalam karya tulis milik Deni Sutrisna, S.S disebutkan bahwa, “Bangunan vihara saat ini merupakan bangunan baru yang didirikan di atas lahan bangunan lama yang telah runtuh. Keberadaannya yang bersamaan dengan tumbuhnya ruko (abad ke-19) merupakan bukti dari gambaran aktivitas yang lain dari masyarakat etnis Cina di Peunayong selain berdagang.”
Dalam survei invetarisasi aset pusaka Aceh pada 10 Oktober 2013, kami selaku tim surveyor berkunjung ke bangunan vihara ini dan bertemu dengan Pak Herman selaku pengurus vihara tersebut. Beliau mengatakan bahwa, “Vihara ini dulunya ditempatkan pada wilayah Ulee Lheue, namun kemudian bangunan ini tidak diizinkan lagi berada pada kawasan tersebut. Sehingga vihara ini dipindahkan ke wilayah Peunayong.” Menurut pengelola vihara, bangunan ini telah dibangun sekitar tahun 1837. Dulunya ukuran bangunan ini kecil dan lama-kelamaan diperlebar serta diperbarui.

Arsitektural
            Saat melihat langsung bangunan Vihara Dharma Bhakti ini sudah pasti bisa ditebak bahwa bangunan tersebut bercirikan arsitektur China, semakin kita masuk ke dalam bangunan tersebut, maka karakteristik China semakin terasa. Karakteristik arsitektur China tersebut dapat terlihat dari:
1.  Bentuk Atap yang Khas                                                                                                                     
Interior Vihara Dharma Bhakti
Atap pada bangunan vihara ini menggunakan model Ngang Shan, yang sering digunakan untuk daerah pecinan (daerah yang dikediami etnis China).

2. Pewarnaan
Vihara ini didominasi oleh warna merah. Warna merah sering dipakai di dekorasi interior dan umumnya dipakai untuk warna pilar. Bagi masyarakat etnis China, merah menyimbolkan warna api dan darah, yang berkaitan dengan kemakmuran dan keberuntungan. Merah melambangkan kebajikan, kebenaran, dan ketulusan, serta sesuatu yang positif.

3. Ornamen Ular-Naga
Pada bagian interior vihara, khususnya di bagian kolom, terdapat ornamen ular naga China, yang pada mulanya digunakan pada masa kerajaan China. Serta pada bagian fasad bangunan juga terdapat ornamen berupa naga laut.

4. Furniture
Interior vihara ini juga lengkap dengan patung-patung yang menggambarkan Buddha.

5. Patung
Pada bagian pintu masuk ruang peribadatan vihara ini ditempatkan patung yang menurut kepercayaan mereka berfungsi untuk mengusir setan.


Perawatan Vihara
Pintu Masuk Ruang Peribadatan
Kondisi bangunan vihara hingga saat ini, masih terlihat bagus dan terawat. Pihak pengelola vihara juga melakukan renovasi pada bangunan vihara ini jika terjadi kerusakan-kerusakan seperti dinding yang retak, pengelupasan cat, keramik yang rusak, serta kerusakan-kerusakan lainnya. Tidak ada tantangan mengenai perawatan bangunan ini, jika mereka membutuhkan dana, maka dana tersebut diperoleh dari para jamaat.

Lingkungan Sekitar
Vihara ini merupakan tempat peribadatan umat Buddha, oleh karenanya bangunan ini tidak berbentuk seperti ruko-ruko untuk berdagang yang berada di sekitarnya. Massa bangunan ini terpisah dengan bangunan lain, tidak seperti ruko (rumah toko) yang posisinya berdempetan.














Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Copyright © cutabrari Urang-kurai